Diklat 1 Rock Climbing dan Caving Calon Anggota Harsha Pratala angkatan XXVIII (28)



DIKLAT 1 HARSHA PRATALA
ROCK CLIMBING DAN CAVING
Tebing Jeger  & Gua Cikarae
16 – 18 Desember 2016


Perjalanan Diklat 1 diikuti oleh tujuh orang Calon Anggota Harsha Pratala, yaitu :


1.       Astien Anneke Pellokila
2.       Delfiana Mutiara Illahi
3.       Siti Puspa Islamiati Sanusi
4.       Angkasa Julio Putra
5.       M. Alvian Hasby
6.       Hilmi Tholibal Ajri
7.       Albar Moerhansa





Hari ke-1
Pada ROP yang telah kami susun, kami akan berkumpul di sekretariat Harsha Pratala pada pukul 17.00 WIB dan berangkat menuju terminal Kp. Rambutan pukul 20.00 WIB. Namun kami berangkat dari Sekretariat Harsha Pratala pada pukul 20.00 WIB dikarenakan menunggu salah satu Calon Anggota yan telah terlambat datang selama 3 jam.
Dari Kalibata, kami naik bus Transjakarta dan dikenakan biaya Rp. 3500 per orang. Karena ada perubahan rencana, kami turun di terminal Pasar Rebo pada pukul 21.12 WIB. Kami menunggu bus di sekitar terminal Pasar Rebo, namun ternyata bus yang akan kami tumpangi sudah tidak beroperasi lagi pada jam tersebut. Lalu kami menyewa angkutan kota sampai pintu Tol Jagorawi dan dikenakan biaya Rp. 15.000 per orang.
Pada pukul 22.00 WIB kami sampai di pintu gerbang Tol jagorawi Cibinong dan kami menyambung perjalanan kami menuju lokasi dengan angkutan kota yang telah di-booking oleh Anggota Harsha Pratala dengan biaya Rp. 12.500 per orang.
Kami sampai di desa Leuwikaret pada pukul 00.30 WIB, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke rumah Pak Eman yang akan menjadi tempat singgah sementara kami hingga hari sabtu. Setelah sampai di rumah Pak Eman, kami makan malam dan kemudian tidur pada jam 01.00 WIB.

Hari ke-2
Kami bersiap menuju tebing Jeger pada Pukul 06.00 WIB. Setelah siap dan sarapan pagi, pukul 06.15 WIB kami berdoa bersama dengan para Anggota Harsha Pratala dan kemudian berjalan kaki menuju Tebing Jeger. Medan menuju tebing Jeger awalnya jalan beraspal, kemudian jalan yang berbatu dan menanjak. Lalu kami belok ke kiri menggunakan jalan pintas menuju tebing tersebut. Jalannya masih seperti hutan namun sudah cukup terbuka jalurnya dan tanjakannya cukup curam.
Kami sampai di tebing Jeger pada pukul 09.00 WIB. Pada saat di tebing Jeger, salah satu Anggota bernama Kak Seno Tri Mukti (HP-131) melakukan leading dan memasang anchor pada tebing. Kemudian leading dilanjutkan oleh kak Wiwin Lesmana (HP-108) untuk ke tempat pasang runner yang lebih tinggi. Kak Seno memberikan pengarahan kepada kami mengenai teknik memanjat seperti harus menggunakan helm, membawa chalk bag berisi magnesium dengan mengikatnya di pinggang, dan hal lainnya. Lalu kami diberikan pengarahan kembali oleh Kak Febri Rhomadoni (HP-132) untuk belajar mem-belay.
Setelah sebagian dari kami mencoba untuk panjat tebing dan mem-belay, kami pun beristirahat. Kami memasak untuk makan siang pada pukul 13.00 WIB. Karena lupa membawa margarin untuk memasak, kami meminta minyak goreng kepada salah satu Anggota Harsha Pratala yang sedang memasak (kak Siti Solehah (HP-139)). Karena kelalaian kami tersebut, maka kami dikenakan sanksi sebanyak 1 seri (10 kali) push-up untuk setiap minyak 1 tutup botol kecil. Sanksi itu diberlakukan agar kami lebih teliti dalam setiap persiapan kegiatan kami.
Kemudian kami dibagi menjadi dua tim untuk mencoba memasang anchor pada dinding tebing yang rendah setelah semua Calon Anggota belajar memanjat tebing dan belay. Kami membuat anchor-anchor menggunakan alat panjat seperti runner, tali webing, chock blade, chock phyton, hammer, dan carabiner screw. Setelah anchor-anchor tersebut telah terpasang, kami harus mencoba menguji sendiri kekuatannya sebelum diuji oleh Anggota Harsha Pratala.
Setelah selesai kegiatan, kami merapikan barang-barang kami serta melakukan cleaning (melepaskan anchor) oleh Anggota Harsha Pratala. Namun, hujan turun saat kami hendak pulang sehingga mengakibatkan jalanannya menjadi licin, dan membuat kami harus ekstra hati-hati saat berjalan. Pada perjalanan turun ke bawah beberapa Calon Anggota Harsha Pratala terpeleset, bahkan terjatuh dan terluka. Beruntungnya luka yang dialami oleh Calon Anggota tidak parah, sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan kembali.
Pada pukul 17.00 WIB kami tiba di rumah pak Eman langsung mengganti baju kami yang kotor terkena tanah basah. Sudah pukul 18.11 WIB, kami pun bergegas pergi bersama kak Munawaroh (HP-138) ke tempat kami akan mendirikan bivak. Jarak dari rumah pak Eman ke tempat kami mendirikan bivak tidaklah jauh, tetapi kami harus melewati jalan sedikit menanjak dan gelap.
Begitu tiba di tempat yang telah ditentukan oleh Anggota untuk mendirikan bivak, kami pun membagi tugas. Yang laki-laki (4 orang) mendirikan bivak, sedangkan perempuan (3 orang) memasak untuk makan malam. Namun, saat bivak telah berdiri, nasi yang dimasak belum matang. Maka kami harus menunggu sebentar lagi agar bisa makan malam.
Setelah selesai makan, kami masih menghabiskan waktu untuk membuat kopi dan minum bersama sambil bercerita. Saat kami selesai dan hendak tidur pada pukul 21.50 WIB, kami dipanggil untuk berkumpul di lapangan dan melakukan evaluasi kegiatan oleh kak Yola Armelia (HP-136) selaku Badan Diklat dan Latihan Calon Anggota Harsha Pratala Angkatan 28.

Hari ke-3
Kami bangun pada pukul 05.00 WIB dan menunaikan sholat subuh. Setelah sholat subuh, kami membuat sarapan dan bersiap untuk kegiatan caving (telusur) di gua Cikarae. Pukul 06.15 WIB, kami berjalan kaki menuju gua tersebut. 10 menit kemudian kami tiba di pintu masuk gua Cikarae.
Tetapi pintu masuk gua masih dalam keadaan terkunci. Karena tanah gua tersebut milik seorang warga, maka kami menunggu sang pemilik untuk membuka kunci pintunya. Padahal salah satu Anggota Harsha Pratala sudah membuat janji pada pemilik gua bahwa kami akan memasuki gua pada pukul 07.00 WIB. Tetapi pemilik gua mengingkari sehingga kami baru bisa melakukan kegiatan penelusuran gua pada pukul 08.00 WIB. Biaya masuk gua dikenakan Rp. 22.500 per orang.
Setelah pintu gua terbuka, kami langsung menelusuri isi gua Cikarae. Sebelum itu, instruktur penelusuran gua kami (kak Munawaroh (HP-138)) menyarankan untuk menyalakan lilin di pintu masuk gua sebagai tanda bahwa ada yang sedang melakukan kegiatan didalam gua tersebut. Kami menyalakan headlamp dan senter yang kami bawa, karena di dalam gua sangat gelap sekali. Kami juga memasang lilin jika terdapat dua jalur atau lorong.
Dalam penelusuran, kami melihat banyak ornamen di dalam gua, dan menurut kami itu sangat indah. Kami juga menemukan beberapa hewan yang menurut kami langka. Sebenarnya tidak langka, tetapi pigmen atau kulit hewan tersebut yang berwarna putih yang membuatnya menjadi langka karena proses adaptasinya di dalam gua. Seperti udang dan ikan lele. Kami juga menemukan banyak jangkrik dan kalajengking gua. Namun mereka buta, hanya bisa merasakan getaran disekitarnya. Kami juga berjumpa dengan banyak kelalawar di atap-atap gua tersebut.
Setelah satu jam penelusuran dan telah sampai di zona gelap total gua tersebut, kami diberikan sebuah renungan oleh Anggota (HP-138 dan kak Annisa Kartika (HP-140)). Semua headlamp dan senter dimatikan di dalam gua yang gelap gulita, lalu kami merasakan keheningan dan kegelapan di dalam gua. 10 menit kemudian, kami menyalakan  headlamp kembali dan melanjutkan penelusuran. Di dalam gua, kami menemukan jalur vertikal yang di bawah lubang vertikal tersebut banyak sekali sampah rumah tangga, seperti kasur yang sudah hancur, pakaian, dan sepatu yang sudah robek. Kami juga menemukan banyak coretan di dinding gua yang bergambar panah untuk menunjukkan jalan keluar.
Kami diberikan sebuah tantangan oleh instruktur kami untuk menelusuri jalur yang sangat sempit dan hanya muat satu badan. Kami harus merangkak hingga tiarap dijalur yang di genangi air dan lumpur tersebut. Kami memasuki celah sempit tersebut hingga kami tidak menemukan celah yang lebih besar. Lalu kami pun berbalik ke tempat semula.
Dua jam kami menelusuri gua. Kami kembali ke tempat bivak pada pukul 10.00 WIB. Lalu kami makan siang. Setelah makan siang, kami bergantian membersihkan diri di kamar mandi yang ada di SMP terdekat dan kemudian mengemas barang-barang kami. Pukul 13.00 WIB kami mulai membongkar bivak kami dan mengemasnya. Kami membersihkan sekitaran bivak yang terdapat sampah, dan mengemas sampah tersebut dengan plastik yang nantinya akan kami buang di pembuangan sampah.
Pukul 13.30 WIB kami kembali ke rumah pak Eman untuk mengucapkan terimakasih dan berpamitan. Kami membayar Rp. 50.000 sebagai bentuk ucapan terimakasih. Kami berjalan kaki cukup jauh untuk sampai ditempat tunggu angkutan kota yang telah di-booking dan dikenakan biaya Rp. 10.000 per orang menuju gerbang Tol Jagorawi (Cibinong) pada pukul 14.00 WIB.
Setelah sampai, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Bus antar kota dan dikenakan biaya Rp. 10.000 per orang. Pada pukul 15.30 WIB, kami sampai di terminal Kp. Rambutan. Kami melanjutkan perjalanan dengan bus Transjakarta dan dikenakan biaya Rp. 3.500 per orang.
Kami tiba di sekretariat Harsha Pratala pada pukul 17.30 WIB. Lalu kami beristirahat sejenak. Kemudian pukul 19.00 WIB, kami melakukan evaluasi kegiatan dengan lima orang Anggota Harsha Pratala yang telah menemani kami dari awal hingga akhir kegiatan. Setelah evaluasi, kami harus membayar sanksi kami sebanyak 2 seri push up. Kemudian kami pulang ke rumah masing-masing pada pukul 19.30 WIB.
Sekian Laporan perjalanan yang kami buat. Terimakasih untuk para Anggota Harsha Pratala yang telah membimbing, mendidik, dan menjaga kami selama perjalanan hingga sampai tujuan.
Angkatan 28 HP!!!

Upacara Pelepasan Pradiklat 1 RC dan Caving

Doa bersama sebelum berkegiatan

Leading oleh Wiwin Lesmana (HP-108) dan Belay oleh Yola Armelia (HP-136)

Panjat tebing dan belay oleh Calon Anggota Harsha Pratala Angkatan 28

Biospeleologi saat Penelusuran Gua

Merangkak hingga tiarap didalam gua

Foto bersama 4 Anggota Harsha Pratala dan 7 Calon Anggota setelah selesai kegiatan Pradiklat 1


  
     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELUSURI PERUT BUMI, GOA CIKENCENG (Divisi Caving)

Spesialisasi Penelusuran Gua (Caving) Anggota Muda Harsha Pratala Angkatan 28

Penyakit berbahaya di gunung