TIADA MENJADI ADA






PERJALANAN
DIVISI


TIADA
MENJADI ADA

Dalam rangka pembinaan anggota yang berkualitas ada tiga tahapan yang harus dilalui seorang calon anggota Harsha Pratala. Tujuan utamanya adalah menanamkan karakter mandiri, kuat dan tangguh, dapat bekerja sama secara harmonis dalam suatu team work sebagai bekal menjalani hidup.

Pra Diklat (masa orientasi)

Merupakan tahapan pertama yang harus di lalui oleh seorang calon anggota. Pada tahapan ini peserta akan dibekali dengan berbagai informasi sekaligus mempraktikkannya secara sederhana bergiat dialam bebas, sasaran dan tujuan dari kegiatan Pra Diklat adalah memberikan pengalaman (eksperimental Learning) agar peserta dapat mengambil nilai dengan merasakannya sendiri terlebih dahulu sehingga pada akhirnya dapat menentukan sikapnya untuk gemar bermain dialam bebas

Study Camp

Jika pada tahap pertama peserta dididik secara sederhana mengenai hal-hal yang terkait dengan kegiatan bermain dialam bebas, maka pada kegiatan Study Camp peserta akan dididik secara komplit tetapi tetap mendasar mengenai mekanisme pertahanan diri bertahan hidup dialam bebas. Sebelum melaksanakan kegiatan ini perserta akan dibekali dengan berbagai materi seperti tali-temali, membuat bivak, peta kompas ESAR, P3K, Survival dan beberapa hal lain yang terkait dengan mekanisme pertahanan diri hidup di alam. Model kegiatan ini merupakan simulasi kehidupan bahwa betapa kerasnya hidup di alam dengan keterbatasan alat dan makanan, peserta dapat menyelesaikan persoalannya sendiri, baik secara individu maupun secara kelompok. Peserta yang berhasil mengikuti kegiatan Study Camp akan berhak menjadi anggota Harsha Pratala.

Pengabdian dan Rute Sulit

Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses pembinaan anggota Harsha Pratala. Pada Tahap akhir, anggota muda dimungkinkan secara leluasa untuk memasarkan idea tau gagasannya dalam suatu program kegiatan perjalanan panjang yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Saat ini hanya tiga yang direkomendasikan untuk dilaksanakan, yaitu gunung, hutan yang mencakup panjat tebing, arung jeram dan penelusuran Gua ( Caving). Setiap calon anggota wajib memilih salah satu dari tiga kegiatan tersebut untuk masa pengabdiannya. Bagaimana kalau dua atau tiga pilihan? Selama tidak berbenturan dengan kegiatan lainya maka sah saja calon anggota menentukan pilihannya lebih dari satu.

Karena kegiatan ini didasarkan atas minat dan bakat yang dimiliki calon anggota, maka kegiatan ini disebut, dengan istilah Perjalanan Divisi. Selanjutnya setelah berhasil mengikuti perjalanan divisi, maka sebagai kelengkapan akhir calon anggota diharuskan melakukan perjalanan rute sulit mendaki “Gn.Gede – Pangrango guna mendapat nomor keanggotaan. Dengan demikian keanggotan penuh Harsha Pratala hanya dapat ditempuh melalui tiga tahapan pembinaan secara berurutan yaitu; Pra Diklat, Study Camp, Pengabdian & Rute Sulit.

One touch of nature makes the whole world kin.
~ William Shakespeare





PERJALANAN DIVISI
GUNUNG HUTAN
JELAJAH BENTANG ALAM

Parakan Salak

Sabtu, 8 Mei 2004

Hari Sabtu sore setelah selesai packing, kami bersiap-siap untuk memulai perjalanan kami. Pukul 15.30 WIB kami bergerak meninggalkan kampus menuju St.Kalibata yang akan membawa kami ke St-Bogor. Sepanjang perjalanan di KA kami lewatkan dengan bercanda gurau. Sampai di Bogor pukul 17.30 WIB kami lanjutkan dengan naik angkot menuju Sukasari dan sampai pukul 18.15 WIB. setalah itu kami lanjutkan dengan naik angkot menuju Cicurug sampai pukul 19.30 WIB. Sesampainya di Cicurug kami makan sate ayam/ kambing di tempat biasa kami makan. Setelah selesai sekitar 20.30 WIB kami lanjutkan perjalanan kami dengan naik angkot menuju Parakan Salak.

Sesampainya disana sekitar 21.15 WIB kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Ditengah perjalanan tiba-tiba Ka Andi memberikan perintah untuk mempercepat langkah kaki, kami tidak tahu maksudnya apa?? Sesampainya di daerah yang flat kamipun bergegas untuk membuat bivak. Karena ditempat tersebut kami tidak menemukan pohon yang bisa dijadikan tiang untuk bivak, akhirnya kami menebang pohon yang tumbuhnya agak turun. Karena ingin mendapat tiang yang kokoh.

AM 005 menebang pohon yang cukup besar dan AM 003 berpartisipasi dengan memberi lampu untuk menerangi pohon yang akan ditebang. Sedangkan AM 002 bersiap-siap ditempat flat dengan mengikat tali rafia pada ponco yang kami bawa. Setelah dapat tiang dan pasak kami mulai siap-siap membuat bivak. Setelah bivak didirikan, Ka Andi memberi komentar :
• Salah memilih pohon untuk dijadikan tiang.
• Salah memilih arah pintu bivak, tidak menggunakan korek api untuk menentukan arah angin.
• Inisiatifnya kurang.

Dari kesalahan itu, kami diberi hukuman lima seri. Setelah seri, kami laksanakan, kami dibantu Ka Andi membenarkan bivak. Setelah selesai, kami masak untuk menghangatkan tubuh, sementara Ka Hendra dan Ka Andi tidur. Setelah Satu jam kami memasak, kami pun segera membangunkan Instruktur GH (Gunung Hutan) untuk melakukan briefing. Sekitar jam dua pagi briefing selesai kami pun tidur.

Minggu, 9 Mei 2004

Sekitar jam 06.00 pagi kami bangun. Kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali. Sekitar jam 09.00 pagi, kami memulai perjalalan. Ditengah perjalanan (daerah persawahan) Ka Hendra menanyakan posisi kita di peta. Tapi ketika itu kita tidak bisa menjawabnya, dan akhirnya kita kena lima seri. Dengan sedikit emosi instruktur GH ini memberi penjelasan. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali dengan trek yang terjal. Ditengah perjalalan itu Ka Hendra kembali menanyakan hal yang sama, tapi kali ini AM 003 dan AM 005 dapat menjawabnya, sedangkan AM 002 karena ia spesialisasasinya adalah caving ia hanya mencoba mencari tahu tentang macam-macam kompas kepada Ka Andi. Setelah itu kami beristirahat di daerah yang flat. Selanjutnya kami menuju tempat air panas diperjalalanan menuju tempat itu kami lakukan dengan menerabas pohon-pohon. Setelah materi yang diberikan cukup, kami pun segera pulang. Kami melanjutkan perjalanan menuju Jakarta dengan menggunakan angkot dan KA seperti perjalanan berangkat. Dan kami tiba di STEKPI pukul 20.30 WIB Dengan ini berakhirlah perjalanan ke Parakan Salak, Sukabumi. Kami kembali ke rumah masing-masing dan memulai aktivitas rutin kembali.



Orientasi di Bivak Cidahu Rabu, 28 Desember 2011

Dimulai pada hari rabu kami memulai perjalanan Gunung Hutan yang berlangsung pada tanggal 28-30 Desember 2011 di Gunung Salak, Sukabumi Jawa Barat. Kami sepakat untuk berkumpul di Sekretariat HP pada pukul 09.00. setelah berkumpul semuanya, kami memutuskan untuk membeli logistik. Setelah semua logistik yang diperlukan terpenuhi, kami menunggu senior dan instruktur untuk memulai perjalanan, sekitar pukul 13.30 WIB ahkhirnya satu persatu senior dan instruktur tiba. Dan tidak lama kemudian kami memulai perjalan menuju Cidahu. Kami menuju Cidahu dengan memulai dari STEKPI menuju Kp. Rambutan, setelah sampai disana kami menunggu bis tiba, arah Sukabumi. Di perjalanan kami menghabiskan waktu dengan bercanda, ngobrol serta ada juga yang tertidur.

Sekitar pukul 18.00 WIB kami tiba di pertigaan Cidahu, kami turun meneruskan perjalanan dengan angkot menuju pos Cidahu. Kami langsung berjalan mengikuti jalan yang telah ditunjukan oleh instruktur. Pukul 19.00 WIB kami tiba di pintu masuk Cidahu. Lalu kami mencari lokasi untuk mendirikan bivak. Calon anggota disuruh mendirikan bivak dengan menggunakan ponco, dan kami pun mulai mengumpulkan batang-batang, ranting-ranting sebagai penyangga bivak. Bivak telah didirikan lalu kami berisitrahat di bivak masing-masing. Sekitar pukul 02.00 dinihari kami para calon anggota dibangunkan oleh senior dan instruktur untuk melakukan evaluasi malam. Dimalam itu kita saling curhat, Segalanya yang ingin diungkapkan bisa diucapakan, setelah evaluasi malam selesai kami kembali ke bivak masing-masing.


Kamis, 29 Desember 2011

Waktu menunjukan pukul 05.30 pagi. Dinginnya udara pagi ditempat kami ngecamp begitu menusuk badan. Kami segera mempesiapkan peralatan masak untuk membuat kopi dan susu serta membuat sarapan pagi. Setelah sarapan pagi kami menuju tempat kami akan diberi materi gunung hutan oleh instruktur. Cara menghitung titik koordinat di peta army, yaitu menghitung jarak dan sudut sebenarnya. Materi selanjutnya adalah membidik kompas. Materi selanjutnya adalah orientasi medan.
mengidentifikasi posisi keberadaan dengan mengandalkan panca indra yang kita punya. Setelah itu materi Survival, yaitu cara bertahan hidup dengan mengandalkan isi alam.

Pada pukul 12.00 WIB kami akhiri materi. Kami berisitirahat di bivak sambil makan siang dan menunggu intruksi dari instruktur. Pukul 13.30 WIB kami menuju ke bawah untuk pindah tempat ngecamp, dan mendirikan tenda dan bivak. Pada pukul 15.00 WIB kami belajar materi membuka jalur, kami menerabas jalur dengan penuh semangat. Tak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya, mengganggu penglihatan kami. Di tengah-tengah hutan kami disuruh untuk membuat bivak
alam, akan tetapi belum bivak alam kami berdiri setengah, kami disuruh berhenti karena kehabisan waktu dan kembali melanjutkan perjalanan.

Jalur yang kami lalui cukup ekstrim. Menuruni jurang dan lembah yang curam ditambah dengan hujan yang membuat jalan menjadi licin, kami terus menerabas jalur. Setelah berjuang dengan keras, kami sampai disebuah air terjun. Pemandangannya begitu indah, inilah Maha Karya tangan Tuhan. Setelah itu kami kembali ke tempat camp menggunakan jalur umum.

Sampai di camp sudah pukul 18.00 WIB kami membersihkan diri di MCK terdekat. Badan dan pakaian kami sangat kotor terkena tanah dan lumpur di perjalanan menuju air terjun tadi. Sehabis bersih-bersih, kami langsung beristirahat dan makan alam. Pada pukul 01.00 dinihari kami dibangunkan untuk evaluasi kegiatan kami. Sehabis evaluasi kami tidur kembali sekitar pukul 03.00 dinihari.

Jumat, 30 Desember 2011

Hari sudah terang, kami bersiap-siap untuk kembali mengikuti pembelajaran materi. Kali ini materi peta bakor, kami kembali ke air terjun melalui jalur umum. Disana kami diajarkan orientasi medan, lalu instruktur memberikan satu titik peta, lalu kami cari titik tersebut. Kami hitung sudut dan jaraknya, lalu kami menuju titik tersebut dengan menerabas hutan, ada yang bertugas menebas pohon-pohon, ada yang meratakan jalur, dan ada yang memegang kompas. lalu pada akhirnya kami dapat menemukan titik tersebut, titik tersebut adalah pintu masuk Cidahu.


Pukul 12.00 WIB kami kembali ke bivak untuk istirahat dan makan siang. Pukul 13.00 WIB kami disuruh packing, kami membereskan semua perlengkapan dan memasukan semua kedalam carrier. Kemudian kami membersihkan diri di MCK, akhirnya selesai sudah materi kami di Cidahu. Lalu kami bersiap untuk pulang dengan menaiki angkot yang mengantarkan kami ke pertigaan Cidahu.

Di pertigaan Cidahu kami menuju warung nasi. selesai makan, kami naik angkot untuk menuju Ciawi. Lalu naik bus menuju Kp. Rambutan. Setelah sampai terminal, kami mencarter mobil menuju kampus. Sekitar pukul 21.00 WIB kami sampai di sekretariat HP. Kami melakukan evaluasi perjalanan, dan pada akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing setelah evaluasi dilakukan sekitar pukul 23.00 WIB.









PERJALANAN DIVISI
PANJAT TEBING
JALUR, DINDING DAN TALI TEMALI

“Lagu pemanjat bukan lagu orang sekarat, lagu pemanjat lagu orang yang kuat” (Iwan Fals), bait syair lagu diatas mungkin asing ditelinga kita, tapi tidak asing bagi para pecinta kegiatan alam bebas khususnya panjat tebing. Bagi anggota Harsha pratala, lagu diatas mengilhami bagi kaum hawa yang ada di organisasi Harsha Pratala bahwa lagu diatas bukan hanya milik kaum adam.

Sabtu 22 Desember 2007, sore pukul 17.10, sebuah tekad telah terpatri bulat, jiwa-jiwa segelintir manusia berkumpul menjadi satu ikatan simpul yang kuat, untuk menguji fisik dan mental, menembus batas normal manusia biasa dikawah candra dimuka yaitu Tebing Citatah 125 didaerah Padalarang Bandung, Jawa Barat, Tebing Kapur berketinggian 125 meter diatas tanah, adalah karunia sang khalik yang harus disyukuri. Ada pelajaran yang tersirat dari tebing dan gunung yang diciptakan oleh sang khalik sebagai tiang yang kokoh bagi bumi dalam meredam kecepatan angin. Perjalanan ini bukan untuk mencari siapa yang paling kuat dan tangguh di muka bumi ini, tapi bertujuan memperkaya diri untuk memahami apa yang ada di alam semesta ini (understanding self).

Sekretariat Harsha Pratala sore ini menjadi saksi bagi keberangkatan tim menuju padalarang , A. Alfian N (HP 079), Ainiamziah (HP-090), Niky Andrea (HP-089), Putu Meidita (HP-091) adalah atlet yang akan melakukan pemanjatan Tebing Citatah 125, dan tim ini dibantu dengan tim base camp (BC) yaitu Rosataini (HP -084), Anggie (HP-087).

Adzan magrib berkumandang dikampus STEKPI, sebagian anggota team melakukan ibadah kepada sang pencipta, berdoa dan bermunajat agar di berikan kekuatan dan keselamatan. Malam terus beranjak naik, dengan langkah pasti para anggota team mulai meninggalkan kampus tercinta, disaksikan dengan penuh harap dari rekan-rekan anggota Harsha Pratala, semoga mereka sukses dan berhasil dalam mewujudkan tekad yang telah terpatri. Pukul 22.00 WIB team sampai di citatah padalarang, seperti biasa, mereka langsung menuju lokasi dan mendirikan tenda, gelapnya malam bukan menjadi halangan dalam mendirikan tenda, hasrat dan semangat yang tinggi mengalahkan dinginnya malam yang baru saja diguyur hujan. Tenda telah berdiri, sebagian anggota memasak makan malam diiringi senandung angin yang mengalir. Dilanjutkan dengan pembahasan ROP (Rencana Operasi Pemanjat) di esok pagi.


Pukul 05.00 suara kokok ayam dikejauhan, membangunkan anggota team, untuk beranjak dari hangatnya sleeping bag, pagi itu dengan diwarnai dengan cuaca yang sedikit mendung dan berangin, dan warna hitam tebing yang mulai menampakkan warna, masing-masing dari anggota team mereview kembali alat artificial agar tidak terlupa dan tertinggal dalam melakukan pemanjatan, stretching, pemanasan peregangan otot menjadi kewajiban bagi setiap orang yang ingin melakukan pemanjatan tebing, karena seorang pemanjat dituntut untuk menjadi seorang ballerina yang memiliki kelenturan dan seorang lifter yang memiliki kekuatan.

Makan pagi telah dilakukan, checklist peralatan telah dilakukan, satu persatu anggota team memanjat
sambil memasang alat artificial dan juga sambil beradaptasi terhadap ketinggian. Adrenalin pelan tapi pasti mulai membakar jiwa-jiwa yang merayapi dinding karya pencipta, kaki bergetar…!!! Takkala menapaki dinding, jantung berdegub hebat dan kencang “dub….dub…dub!!!” tatkala kami menambah ketinggian pada setiap pijakan dan alat pengaman yang kami pasang, dihari pertama pemanjatan dilakukan sebagai simulasi, hal itu kami lakukan hingga sore hari sampai ketinggian 30 (tiga puluh) meter diatas permukaan tanah.

Hari kedua pemanjatan dilakukan kembali, dengan Putu (HP-091)sebagai leader, team meneruskan pemanjatan menuju pitch pertama yang berketinggian 50 meter, jalur yang dihadapi cukup sulit, dengan pijakan-pijakan kaki yang kecil dan pegangan yang sangat sedikit, cukup menyiutkan nyali berada diketinggian tersebut, “manusia tiada artinya dihadapan kekuasaan pencipta”, tetapi dengan ketenangan faktor fisik dan mental yang selalu dilatih dan digembleng di organisasi Harsha Pratala, Putu (HP-091) berhasil melewatinya dengan mudah dan untuk membuat pitch disana, “HP…HP… HP” adalah yelling untuk menggambarkan semangat dan kegembiraan anggota team yang telah sampai di pitch pertama. “manusia hanya bisa berencana tapi yang maha kuasa yang menentukan”, langit menjadi gelap secara tiba-tiba, hari itu langit cuaca tidak mendukung dan bersahabat. “tik….tik….tik”, tiba-tiba hujan turun sangat deras, mengguyur dan membasahi dinding tebing dan anggota team yang ada diatas (pitch 1), dengan terpaksa dan berat hati Putu (HP-091) turun dengan merayapi dinding dengan sangat hati-hati dan penuh pehitungan dan berteduh menunggu hujan kembali reda.

Setelah berteduh diantara bongkahan-bongkahanbatu disekitar areal pemanjatan, hujan mereda, anggota team melanjutkan pemanjatan, rasa was-was menghampiri benak para anggota team “apakah alam tidak meridhoi pemanjatan hari ini??”, anggota team berdoa mohon keselamatan kepada Sang Maha Kaya, kali ini Avie (HP -079) yang menjadi leader, satu persatu pengaman terpasang dengan mengarah secara diagonal keatas. Licinnya dinding tebing sehabis diguyur rahmat Tuhan yang berbentuk air hujan, menambah ujian bagi anggota team, agar selalu bersabar, bersabar…bersabar dalam menapaki setiap dinding basah. Akhirnya dengan kesabaran dan keteguhan hati, team dapat membuat pitch ke dua diketinggian 60 meter. Pemanjatan hari ini pun diakhiri karena matahari pun telah menyelimuti dirinya dengan selimut gelap berganti dengan cahaya putih.


Team kembali kebase camp untuk melakukan istirahat dan evaluasi, tanpa banyak canda tawa, masing-masing anggota team merenungi keberadaan mereka disini, menyadari kebesaran dan keagungan Sang Maha Karya.

Terbangun dari tidur yang panjang dan badan sedikit pegal-pegal akibat pemanjatan yang telah dilakukan kemarin, anggota team tetap melakukan aktivitas seperti biasanya “stretching untuk menghindari kram, chek list peralatan perlengkapan”, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kedisiplinan dan rasa memiliki serta mencintai terhadap kegiatan yang dilakukan, namun tiba-tiba alam punya caranya sendiri, alam kembali tidak bersahabat, ROP team kembali tertunda selama tiga jam. Hujan cukup deras mengguyur citatah dihari ketiga, “alam adalah guru yang baik” mungkin pepatah tersebut tepat seperti apa yang anggota team rasakan. Terkadang panas terasa terik menyengat tetapi tiba-tiba hujan dan berkabut cukup tebal, sedangkan menurut logika manusia didaerah ini adalah kawasan kahs yang biasanya didominasi oleh udara yang kering, panas dan gersang, tapi tetap kembali Tuhan yang punya kuasa dan rencana.


Hari ketiga hujan pun telah reda. Anggota team segera melakukan orientasi medan untuk melakukan pemanjatan. Titik start pemanjatan kali ini adalah pitch dua. Namun anggota team harus melakukan jumar -teknik scramling dengan bantuan tali dan alat yang telah terpasang sebelumnya- untuk sampai ke pitch dua, anggota team tak lupa melakukan doa memohon keselamatan dan perlindungan. Dan yang ditunjuk menjadi leader dipemanjatan kali ini adalah Aini (HP-090), satu-satunya atlet wanita yang ikut dalam perjalanan operasional ini, dengan memanjat perlahan, satu persatu kaki mulai merayapi dinding–dinding basah dan tangan mulai mulai menarik jumar untuk menuju pitch dua. Namun tiada pilihan lain tujuan team adalah top (citatah 125) dan rute pemanjatan yang harus ditempuh semakin berat dan menyiutkan nyali, terpaan angin yang semakin kencang, syndrome ketinggian terkadang menghantui anggota team apabila melihat kebawah.

30 menit waktu yang dihabiskan Aini (HP-090) sampai di pitch tiga, pitch yang cukup flat namun penuh dengan semak belukar diketinggian 90 meter, dijadikan landasan untuk beristirahat dan anggota team bercengkrama diketinggian dengan mengamati alam sekitar, perkampungan dibawah yang terlihat kecil dan berkotak-kotak.

Puncak citatah semakin dekat, angin yang berhembuspun semakin kencang diiringi dengan rintik gerimis yang menyatu dengan butiran keringat. Tapi tekad telah dipatri dan dikobarkan, semangat tetap menyala membara, tiada kata untuk menyerah …. Manusia diciptakan lebih mulia melebihi mahluk lain yang ada di muka bumi.


Anggota team sepakat di pitch tiga menunjuk Nicky (HP-089) sebagai leader untuk melanjutkan sisa perjuangan pengorbanan. Mendapatkan tugas untuk melanjutkan sisa perjuangan terakhir bukanlah perkara mudah, lebih banyak kekuatan mental yang berbicara serta tekad dan keyakinan yang kuat untuk menyelesaikan rute citatah 125 meter ini, walaupun jalur yang team hadapi tidak seekstrem pemanjatan sebelumnya, tapi tetap membutuhkan tekhnik dan ilmu yang memadai, pemanjatan dilakukan dengan metode scramling, cukup panjang untuk mencapai puncak tebing citatah, memakan waktu dua jam, terus memanjat… .memanjat…..memanjat… itulah yang ditanamkan disetiap sanubari anggota team, adrenalin semakin terpacu cukup kencang tatkala melihat orang sekecil semut yang berada dibawah sana. Langkah berat kaki, hembusan nafas yang tersegal “hosh…hosh…hosh..” dengan cucuran keringat, akhirnya team berhasil sampai dipuncak citatah 125 meter, pada pukul 16.00 wib.

Sorak gembira, yelling “HP…HP…HP…” kembali berkumandang menggema di lembah lembah citatah, anggota team berdoa, mengucapkan puji syukur kepada Sang Khaliq yang meridhoi perjalanan ini, anggota team saling berpelukan menangis haru penuh bahagia” dibalik kesulitan dan kesusahan sesungguhnya akan ada kemudahan didalamnya”, terbayang dan terbayar semua rasa lelah yang selama ini telah dikorbankan. Dan perjalanan team Rock Climbing Harsha Pratala telah membuktikan keberadaannya (eksistensi dan konsistensi), sebagai organisasi yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang kompetitif, dinamis, bertanggung jawab bagi civitas akademika paada umumnya dan organisasi Harsha Pratala pada khususnya.











PERJALANAN DIVISI
ARUNG JERAM
ARUS SUNGAI YANG TIDAK PERNAH TIDUR


Sore pukul 18.30, dipinggir sungai Cisadane yang berlokasi di Bantar Kambing Bogor, tenda-tenda mulai didirikan, api mulai dinyalakan dan hawa dingin mulai menyelimuti alam sekitar, gema adzan bersahutan diperkampung-kampungan. Anggota Harsha Pratala dan calon anggota hanyut dalam nyanyian jiwa yang mengajak untuk berdialog dengan sang maha pencipta. Satu persatu anggota dan calon anggota bermunajat, bertasbih, merenungi keberadaan dan kebesaran alam ini, sebagian dari mereka mempersiapkan diri dengan memasak untuk makan malam bersama.

Pagi pukul 05.00, dengan tidur lelap dibalik hangatnya sleeping bag, dan dinginnya hawa pegunungan, sayup-sayup adzan terdengar, membangunkan sebagian manusia untuk kembali berdzikir kepada-Nya, sinar matahari mulai muncul dengan malu-malu dibalik gunung salak, cahayanya hangat menyinari dan kehangatannya masuk kedalam tenda-tenda anggota dan calon anggota Harsha Pratala, mencairkan aliran darah yang membeku didinginnya malam.

Makan pagi telah disantap, persiapan pengarungan dilakukan, stretching ringan melemaskan otot dan persendian, memompa, mensetting perlengkapan peralatan perahu dan para awak perahu, adalah bagian aktifitas yang harus dilakukan, mengingat bermain dialam bebas membutuhkan fisik dan mental yang memadai, begitupun tingkat kedisiplinan, perencanaan harus matang dan tersusun berdasarkan ROP (Rencana Operasi Pengarungan/Perjalanan) yang telah disepakati.

Gemuruh sungai Cisadane bersahut-sahutan, batu-batu besar menyembul diderasnya arus sungai, memanggil jiwa-jiwa yang berdiri dibibir sungai untuk mengajak bermain, bercengkrama untuk menguji pribadi dan mengagumi kebesaran pencipta, perahu telah disandarkan dibibir sungai, sebagian anggota dan calon anggota berkumpul untuk mendapatkan ilmu mengenai tehnik bermain di olahraga arus liar ini dari anggota Harsha Pratala senior (Moh Risky HP 046), penuh khidmat, penuh rasa ingin tahu, penuh pertanyaan (active learning), semua hal tersebut adalah bagian dari proses memahami diri sendiri (understanding self) dan belajar proses belajar (learning to learn).


Pukul 07.30 WIB perahu mulai melepas sauh , dayung kiri, dayung kanan, block kiri, block kanan, tos dayung pora dengan meneriakkan yelling “HP….HP….HP”, perahu mulai melaju di air tenang pengenalan terhadap sungai mulai dilakukan secara langsung, sebelum para anggota dan calon anggota Harsha Pratala mengarungi pengarungan yang sesungguhnya, teriakan Bendot (Moh. Rizky HP-046), yang menjadi skipper sekaligus instruktur menyadarkan dan membakar adrenalin serta semangat bagi para awak perahu agar selalu berkonsentrasi (consentration), bekerja sama dalam kelompok (working with group), menyatu dengan yang lain (getting along with other).

Jeram kecil mulai dilalui dan dilewati satu persatu, riak-riak kecil arus sungai menempa badan perahu, terkadang memercikan air kewajah dan tubuh ke para awak perahu, menyegarkan dan mengasikkan, sungai yang berkelok-kelok dengan batu yang menyembul, tebing dikanan kiri, sawah pertanian, perkampungan penduduk, bocah-bocah kecil yang mandi berenang riang disungai menghampiri perahu terkadang menaiki dan melompat terjun kembali kedalam air, melambaikan tangan dengan bersahabat, menjadikan perjalanan pengarungan arung jeram teramat berharga dan sulit untuk dilupakan.

Ditengah perjalanan pengarungan sungai Cisadane, Bantar Kambing, pukul 10.30 perahu merapat dibibir sungai untuk beristirahat, melepas lelah, mengganti energi yang terkuras dan terbuang selama mendayung perahu dalam pengarungan, dengan panorama tebing disekelilinganya, menjadikan suasana saat itu teduh dan damai, briefing dan materi pun kembali digelar, menyimak dan mendengarkan atas evaluasi sebagian perjalanan yang telah dilalui. Materi bagaimana membaca arus, cara mendayung capsize, edhis dll., semuanya dijelaskan dengan jelas berdasarkan contoh yang telah dirasakan dipengarungan. Satu persatu anggota dan calon anggota melepas dahaga dengan soft drink yang telah dibawa didalam dry bag (kantong buat membawa perbekalan untuk jeram), tidak lupa snack dan roti ynag menjadi menu wajib untuk mengganjal perut yang kosong, nikmat tiada tara berada di tempat dan saat seperti ini, yang didalamnya ada rasa percaya (trush), berbagi (share), peduli (care). Tidak ada rasa egois, senioritas, paling jago/pinter, semuanya melebur menjadi yaitu kebersamaan (walaupun berbagi ransom dan soft drink yang sedikit).


Istirahat telah cukup, materi lanjutan telah di berikan, saatnya anggota dan calon anggota di tes oleh skipper/instruktur Bendot (Moh. Risky HP-046), untuk mengendalikan perahu diarus tenang, tanpa awak, tanpa passenger , hanya seorang mengendalikan dan mengarahkan perahu ke bibir sungai, satu persatu para anggota dan calon anggota mencoba menjadi skipper (pengemudi perahu jeram), berat…! Tenaga terkuras…! Tak semudah yang dibayangkan ….!, memarkirkan mobil di tempat parkir mudah …! Tapi ini memarkirkan perahu diarus tenang, perahu selalu berputar-putar, terkadang
melaju kearus kuat, sehingga harus ditarik oleh para anggota yang ada didarat dengan menggunakan tali rescue untuk keluar dari jeratan arus.

Matahari semakin tinggi, panas menyengat, membakar kulit dan wajah para anggota dan calon anggota Harsha Pratala, perjalanan pengarungan dilakukan kembali pada pukul 11.40 WIB, perahu mulai melaju menerjang riak-riak kecil arus sungai, terkadang menabrak batu dan menyebabkan para awak saling bertubrukan didalam perahu, ada juga yang jatuh kedalam air, semuanya bagian dari romantika berarung jeram, sebentar lagi perahu mulai memasuki jeram-jeram yang besar , dan lidah lidah arus kuat yang panjang, persiapan, kedisiplinan dan konsentrasi mulai dikobarkan oleh skipper untuk membakar adrenalin para anggota dan calon anggota Harsha Pratala.

Dari kejauhan terdengar dengan keras suara arus yang kencang seperti suara mesin pesawat yang ingin tinggal landas, “wuusss…wwwuuusss…wwwuuussss…”, dayung kuat, dayung kuat…. dayung kuat teriakan skipper memecah suara gemuruh arus jeram yang ganas, perahu mulai bermain, menari-nari diantara arusarus yang kencang, terhempas gelombang, naik - turun mengikuti alur dan arus yang telah terbentuk oleh alam, kanan block …. Kiri dayung kuat… kiri block…kanan dayung kuat intruksi skipper yang harus diikuti oleh para awak, perahu mulai barmanuver menari-nari menghindari batu-batu besar yang ada didepan ataupun di samping (seperti mobil yang melakukan slalom test), para awak berteriak riuh rendah “wuuuhhh……HP ….wuuuuhhh …HP….HP…HP..”, adrenalin terbakar, semangat berkobar, kerjasama menjadi keharusan, satu sama lain saling menutupi dan melengkapi dalam mengarungi jeam liar yang tengah dilalui …. Perahu jeram terus berguncang dimainkan oleh jeram-jeram liar, satu-persatu dilewati… dengan suka cita dan rasa yang berbeda bagi setiap jiwa-jiwa yang mengalami, terkadang mulus dan terkadang tersangkut batu yang berada dibawah arus. Semuanya menjadi satu, menegangkan, takjub dan bersyukur ketika berhasil melewati.


Garis akhir semkin dekat , tenaga telah terkuras, rasa lelah menguasai seluruh badan. Tapi semangat tetap terjaga, perahu akhirnya merapat digaris finish, perahu disandarkan dibibir sungai, para anggota dan calon anggota berendam disungai, mencari kesejukan dari air yang mengalir, sebagian anggota dan calon anggota melakukan latihan Capsize (membalikkan perahu disungai dan mengembalikan lagi keposisi semula), selain itu, semuanya melakukan latihan hanyut, dan cara menyelamatkan diri dari perahu yang sengaja dibalikkan (Capsize).

Waktu terus beranjak naik menuju sore hari, tanpa terasa pukul 03.10, semua bergegas naik kepermukaan, merapikan peralatan dan perlengkapan, menaikkan perahu kemobil, dan kembali ke titik start dimana tenda dan peralatan, perlengkapan ditinggal disana.

Sore menjelang magrib, setelah bersish-bersih, semua bersiap-siap kembali pulang, semuanya bersyukur atas pengarungan ini, berdoa didalam hati, berterimakasihh kepada pencipta, karena telah diberikan kepercayaan untuk melihat kebesarannya, seperti dengan menunjukkan “ARUS SUNGAI YANG TIDAK PERNAH TIDUR”, terus bertasbih dengan setia kepada pencipta hingga akhir zaman.















PERJALANAN DIVISI
C AV I N G
PENELUSURAN LUBANG BUMI TAJUR


ROP yang di buat oleh pengurus Harsha Pratala ternyata meleset dari perkiraan, rencana awal perjalanan kami adalah pukul 08.00 WIB, dan ternyata kami baru berangkat dari titik awal pukul 09.00 WIB. Kami memulai perjalanan dari STEKPI, dimulai dari pukul 09.00 WIB kami melangkah menuju haite bus yang bertujuan ke Kampung Rambutan. Sekitar 15 menit perjalanan yang di butuhkan menuju kampung rambutan. Setelah sampai kampung rambutan kami bertemu dengan instruktur perjalanan kami yang bernama kak dian, dan tidak lama kemudian kami langsung berangkat menuju Citereup. Di sepanjang jalan menuju Citereup saya tertidur sampai tempat tujuan. Setelah ssampai Citereup kami menunggu angkutan umum yang menuju pertigaan Indosemen. Tidak lama menunggu angkutan umumpun langsung tiba. Kami semua langsung bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke kampung Cengkeh. Kami sampai tujuan sekitar pukul 11.45 WIB, dan ini meleset lagi dari jadwal yang telah di tetapkan. Ketika kami sampai di sana ternyata sudah ada senior yang sudah sampai duluan.

Sesampainya di sana kami istirahat dahulu dan sambil mempersiapkan apa-apa saja yang harus di bawa. Dan sebelum kami semua berangkat menuju gua Cikarae, instruktur memberikan pengarahan dahulu kepada kami para calon anggota. Setelah selesai, kami segera bergegas menuju gua Cikarae pada pukul 13.00 WIB. Setelah sampai di mulut gua, kami para calon anggota melakukan pemanasan dan sekaligus berdoa agar kegiatan yang kami lakukan dapat berjalan dengan baik. Sesudah itu, kami mulai masuk gua satu persatu dan tidak lupa kami menyalakan lilin di mulut gua untuk menandakan bahwa gua tersebut sedang ada yang melakukan eksplorasi. Suasana di dalam gua benar-benar gelap dan suhunya pun lumayan sejuk. Itu karena bertepatan di saat kami masuk gua cuaca di luar sedang hujan. Tidak jauh kami melangkah dari mulut gua ternyata kami langsung menemukan cabang gua, cabang yang satu menuju arah atas dan yang satulagi menuju ke bawah. Kami me mutuskan untuk memilih jalan yang menuju ke atas, perlahan-lahan kami melakukan eksplorasi dan tidak lama dari sana kami menemukan pintu gua yang ternyata telah di tutup oleh penduduk setempat. Setelah kami menemukan pintu gua yang di tutup itu, kami melanjutkan eksplorasi yang menuju ke arah bawah gua. Dengan perlahan dan hati-hati kami menelusuri jalan yang memang sangat tidak bersahabat, trek yang licin serta belumuran lumpur membuat jalan yang kamilalui semakin sulit dan menantang. Tidak lama kami berjalan angsung menemukan celah gua yang bercabang dan cukup sempit.


Satu persatu dari kami para calon anggota melakukan eksplorasi untuk memastikan apakah celah tersebut dapat dilewati atau tidak. Dan ternyata celah tersebut tidak dapat di lewati dan kami pun melanjutkan eksplorasi ke jalan yang lain. Cukuplama kami melakukan eksplorasi, kami melewati jalan-jalan yang sangat licin, sempit,serta berlumur. Dan untuk melaluinya kami harus merangkak, memiringkan badan, bahkan kami harus tiarap untuk melaluinya. Sudah cukup lama kami melakukan eksplorasi hingga kamipun merasa lelah, dan akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat yang memungkinkan bagi kami untuk istirahat. Setelah kami istirahat kurang lebih 15 menit lamanya, kami pun melanjutkan kembali eksplorasinya. Tidak lama kami melanjutkan eksplorasi dan ternyata waktu yang di berikan kepada kami telah habis, masih banyak cabang gua yang belum dapat kami eksplorasi karena keterbatasan waktu yang diberikan. Singkat cerita setelah waktu yang diberikan habis kami langsung menuju pintu keluar gua. Dan setelah sampai di mulut gua, kami melakukan foto-foto sebentar dan langsung menuju tempat peristirahatan. Sesampai tempat peristirahatan kami semua langsung melakukan bersih-bersih karena eksplorasi yang kami lakukan sangat membuat pakaian yang kami gunakan berlumuran lumpur.


Setelah bersih-bersih kam langsung makan bersama-sama, makan yang kami makan telah disiapkan oleh penduduk setempat yang sepertinya telah biasa menerima kedatangan para anggota Harsha Pratala setiap melakikan perjalanan. Singkat ceritasetelah kami selesai istirahat, kami langsung melakukan perjalanan pulang. Perjalanan pulang di mulai dari tempat peristirahatan terakhir menggunakan angkutan umum sampai Citereup. Dan setelah sampai Citereup kami langsung men carter kendaraan sampai ke STEKPI. Setelah sampai STEKPI saya dan para calon anggota yang lain beristirahat sambil bercerita-cerita tentang perjalanan yang telah kami lakukan tadi. Setelah cukup istirahat, kami langsung melakukan evaluasi atas perjalanan yang telah kita lakukan. Dalam evalusi tersebut ternyata pada eksplorasi yang kami lakukan tadi kami melakukan suatu kesalahan yaitu lupa untuk mengambil lilin setelah melakukan eksplorasi. Dan sebagai hukuman nya kami harus melakukan pus-up sebanyak 2 seri. Setelah itu kami langsung pulang ke rumah kami masing-masing.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELUSURI PERUT BUMI, GOA CIKENCENG (Divisi Caving)

PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN

Spesialisasi Penelusuran Gua (Caving) Anggota Muda Harsha Pratala Angkatan 28